[FF] The Black Ribbon: The Unbeatable Wind #3

Chanyeol menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan. Ia mengulangi gerakannya lagi dan lagi hingga Yoonmin yang sedang berjalan di sebelahnya memukul belakang kepalanya denagn kesal.

“Kau ini terlihat seperti ibu hamil yang sedang melahirkan saja.” Yoonmin mendengus. Chanyeol hanya meringis.

“Aku sangat bersemangat. Aku akan bertemu The Unbeatable Wind! Dia idolaku selama ini!” Chanyeol nyaris memekik dengan suara beratnya, membuat Yoonmin terpaksa menutup telinga.

Chanyeol terus mengoceh. “Skill dia sudah mencapai tahap dewa! Aku pernah mencoba teknik mematikan lampu miliknya namun hasilnya malah menabrak pagar pembatas jalan.”

“Pft. Aku sudah tahu bagaimana Ellie selama ini. Dia pernah masuk rumah sakit jiwa, oke? Kau jangan terlalu berharap.”

“Aku tidak berharap! Hanya bertemu langsung dengannya sudah cukup.” Chanyeol tersenyum lebar. “Aku tidak peduli dia gila atau apapun, yang penting aku mengidolakannya. Itu saja.”

“Terserah.” Yoonmin mendengus dan menunduk menatap secarik kertas yang berada di genggamannya. “Ya, ini rumahnya.”

Chanyeol melirik Yoonmin lalu mengalihkan pandangannya pada sebuah pintu yang terdapat di hadapannya. Pintu tua yang menjadi bagian dari rumah sederhana tempat Jeon Ellie dan adiknya tinggal. Yah, meskipun Ellie jarang sekali menapakkan kakinya di sini.

Semua informasi itu Yoonmin dapatkan dari Taehyung, adiknya yang kebetulan satu sekolah dengan Jungkook, adik Ellie. Taehyung berteman baik dengan Jungkook, meskipun awalnya dipaksa Yoonmin. Kasihan Jungkook, katanya waktu itu, orang tuanya tiada, kakaknya gila. Sekarang Taehyung dan Jungkook bersahabat baik, meskipun mereka terpaut usia dua tahun. Taehyung adalah kakak kelasnya.

Yoonmin memencet bel dan menunggu. Chanyeol menggerak-gerakkan tangannya dengan gelisah di sebelahnya.

Tak lama kemudian, pintu dibuka. Terlihat seorang anak laki-laki usia 15 tahunan di balik pintu, mengintip malu-malu pada tamu yang datang ke istananya. Yoonmin tersenyum dan Chanyeol melambaikan tangannya.

“Halo, Jungkook. Apa kabar?” sapa Yoonmin ramah. Jungkook membuka pintunya lebar-lebar.

“Aku baik-baik saja. Ayo noona, silahkan masuk.” Jungkook tersenyum dan mengangguk pada dua orang yang lebih tua darinya itu.

“Ini Chanyeol, temanku.” Yoonmin menepuk punggung Chanyeol.

“Hai! Senang bertemu denganmu, Kookie. Semoga kita bisa berteman baik!” Chanyeol tersenyum lebar. Jungkook membalas senyumnya ragu-ragu.

“Ya, hyung. Semoga.”

“Baiklah, aku tidak punya waktu banyak sekarang. Aku hanya ingin tanya, kau tahu dimana kakakmu berada?” Yoonmin bertanya dengan hati-hati. Ekspresi Jungkook sontak memuram. Dia menunduk, melihat ke arah lain, lalu menghadap Yoonmin tanpa berani menatap matanya.

“Aku tak tahu, Noona. Terakhir Ellie noona kemari adalah sekitar sebulan yang lalu.” Jungkook mengusap tengkuknya perlahan. Chanyeol memperhatikan perubahan atmosfir yang terjadi di ruang tamu kecil itu. Tentu saja dia tidak lupa memperhatikan sekelilingnya. Memperhatikan tempat idolanya tinggal.

“Apa yang dia lakukan?”

“Hanya mengambil beberapa baju dan pergi lagi.” Jungkook mengangkat bahu.

“Dengar, kami sedang membutuhkan kakakmu. Jika kau melihatnya dimanapun, tolong beritahu kami ya? Kau punya nomorku kan?” Jungkook mengangguk. Yoonmin tersenyum.

“Bagus. Ah, dan ini, aku belikan makanan untukmu.” Yoonmin menyambar kantong plastik yang sedari berada di genggaman tangan Chanyeol dan memberikannya pada Jungkook.  Mata Jungkook berbinar ketika dia menerimanya.

“Terima kasih, Noona! Mau menemaniku makan?”

“Sungguh aku ingin sekali, Jungkook. Tapi kami sedang buru-buru. Mungkin lain kali ya?” Yoonmin tersenyum dan mengacak rambut Jungkook. Anak itu mengangguk maklum. Sudah biasa, ujarnya dalam hati, aku sudah biasa sendiri.

“Um…Noona?”

“Ya?”

“Ellie noona biasa pergi ke bukit Kyongju meskipun bukan waktunya balapan. Kalian mungkin akan menemukannya di sana.”

Kali ini, Yoonmin tersenyum senang. “Terima kasih, Jungkook.” Yoonmin memeluk Jungkook erat lalu melepaskannya.

“Ayo, Chanyeol.” Yoonmin menarik tangan Chanyeol dan menyeretnya keluar dari rumah.

= = =

Pencarian mereka tidak membutuhkan waktu lama, dari jarak 10 meter, mereka sudah bisa melihat sebuah Honda Civic Nova hitam metalik, dengan gambar naga emas di kedua sisi mobil, dan velg racing berwarna emas. The Unbeatable Wind. Mobil khas Ellie itu terparkir tepat di sisi pembatas jalan yang langsung menghadap ke jurang di hadapannya. Sesosok gadis berambut pirang sedang duduk di atas kap mobil sambil menyilangkan kaki. Tangannya dilipat depan perut, tatapannya tertuju pada pemandangan kota di bawah sana.

Rahang Chanyeol nyaris terjatuh ke tanah. Ia akhirnya bisa melihat dari dekat sosok idola yang selalu diagung-agungkannya. Jantungnya berdegup kencang penuh antisipasi.

Sementara Yoonmin, gadis itu berjalan mendekati sosok gadis beramput pirang itu dengan ragu. Kelihatan jelas, dia sangat tidak menyukai hal ini.

“Ellie?” sapa Yoonmin ragu-ragu. Sosok pirang itu hanya terdiam, seakan menganggap suara Yoonmin hanyalah angin lalu.

“Jeon Ellie?” kata Yoonmin lagi.

I’m not deaf,” balas Ellie dingin. Yoonmin berdeham.

Then why aren’t you replying?”

“What do you want? If it’s not important, you better fuck off.” Ellie menolehkan kepalanya ke arah kiri, membuat Yoonmin bisa melihat sisi wajahnya yang cantik. Meskipun mata kirinya tertutup oleh kain penutup mata seperti yang sering dipakai bajak laut. Kain itu tepat menghadap Yoonmin, mengintimidasinya, seakan-akan Ellie bisa melihat tembus pandang melalui kain itu.

We need your help.” Yoonmin menelan ludah. Chanyeol sedari tadi hanya bisa berkedip menyaksikan percakapan kedua teman lama tersebut.

Who are you?” Ellie masih tetap melirik Yoonmin dengan mata kirinya yang tertutup kain.

Yoonmin menarik napas. “Kim Yoonmin. FBI. You must have heard about The Black Ribbon somewhere. That killer is threatening us, endangering children’s life.”

Sudut kiri bibir Ellie tertarik ke atas, membentuk sebuah senyum miring yang meremehkan.

“Since when did you care about other people’s life, Kim Yoonmin the famous serial killer?”

“So you already knew me.” Yoonmin berkacak pinggang.

I see other people, but no one sees me.” Ellie meletakkan kedua telapak tangan di sampingnya, menumpukan berat badannya ke sana. Ellie menutup matanya, lalu menengadah menghadap langit abu.

Because you’re hiding.” Kali ini giliran Yoonmin yang melipat tangan di depan perut. “Look, we don’t have much time to talk. Another child’s life is in danger. We need you, Ellie. Please, do help us.”

“I don’t help for free.” Ellie beranjak berdiri dan memutar tubuhnya untuk menghadap Yoonmin.

All money you could wish for.”

“Nah, I don’t need money. I just need someone to beat me.” Ellie kembali tersenyum setengah. Mata hijaunya menatap langsung ke mata Yoonmin.

Well, here he is.” Yoonmin menepuk punggung Chanyeol. Chanyeol yang tiba-tiba menjadi topik pembicaraan hanya bisa menelan ludah dan tersenyum gugup.

I’m..I’m Chanyeol. Park Chanyeol. Nice to meet you.” Chanyeol  membungkuk lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan canggung. Ellie menatapnya tajam, seakan sedang menilai lawannya.

Saturday, 10 PM.” Ellie membuka pintu mobilnya.

Where?” sahut Chanyeol cepat. Ellie tersenyum setengah.

Follow the crowd,” katanya dengan santai sebelum masuk ke dalam mobilnya dan meluncur pergi dari lokasi.

= = =

Chanyeol dan Yoonmin melangkah masuk ke markas FBI dengan tangan kosong. Lee Joon yang melihatnya menjadi geram. Dujun yang sedang sibuk mencoret-coret sesuatu di jurnalnya terpaksa menghentikan pekerjaannya sejenak.

“Mana Ellie? Aku sudah menyuruh kalian untuk membawanya kemari, hari ini!”

Calm the fuck down, asshole.” Yoonmin melirik Joon sinis sebelum menarik kursi dan mendudukinya. “Kami sudah bertemu dengannya tadi. Dia hanya ingin membantu jika Chanyeol berhasil mengalahkannya. Pertandingannya besok malam.”

“Tunggu, dia bilang Sabtu..” ucapan Chanyeol langsung dibalas oleh Yoonmin.

“Sekarang hari Jumat, Chanyeol.”

“Oh tidak..”

“Oh, bagus.” Joon mengangguk. “Lebih cepat lebih baik.”

Lalu hening. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Chanyeol.” Joon-lah yang memecah keheningan tersebut. “Ikuti aku, Daehyun akan menyambut kita dengan mobil-mobil indah di basement.”

= = =

Joon dan Chanyeol berjalan memasuki lift. Joon menekan tombol B3 dan berdiri dengan tenang di tengah lift. Sementara itu, Chanyeol terus berkutat dengan strategi untuk mengalahkan yang tak terkalahkan.

Ketika layar di dalam lift sudah menunjukkan lantai B3, mereka berdua segera keluar dari lift, berpapasan dengan seorang agen yang memakai jas laboratorium.

“Oh, Youngjae. Jarang melihatmu di sini,” Joon menaikkan alis. Youngjae menekan tombol lift agar pintunya tidak tertutup.

“O-oh ya, aku meninggalkan sesuatu di mobilku.” Youngjae mengangkat box silver di tangannya sambil mengedikkan kepala. Joon mengangguk-angguk.

“Baiklah.”

Youngjae melangkah masuk ke dalam lift. Joon dan Chanyeol baru melangkah sekali ketika sebuah suara menghentikan mereka.

“Apakah Chaerin ada di atas?” tanya Youngjae.

“Ya. Terakhir kulihat dia sedang mengajarkan Raeki tentang bagaimana caranya menggunakan mainan-mainan FBI.”

“Oh oke, terima kasih.” Youngjae tersenyum dan pintu lift pun tertutup.

Joon dan Chanyeol melanjutkan langkah mereka ke arah dinding basemen. Joon menyentuh tembok di hadapannya seperti sedang menekan tombol. Voila, tembok itu bergeser ke atas, menampilkan sebuah koridor yang dipenuhi cahaya putih.

“Seseorang harus meredupkan lampunya.” Chanyeol menghalangi pandangannya dengan tangan. Joon tidak buang-buang tenaga untuk membalas perkataan Chanyeol dan hanya melangah maju, meninggalkan drifter itu di belakang.

Joon menyentuhkan jempolnya ke mesin pendeteksi sidik jari untuk membuka pintu berikutnya. Begitu pintu terbuka, sebuah cahaya lain menyambutnya. Cahaya yang terpantul dari besi-besi mengkilat di sana. Puluhan mobil mewah dengan peralatan ekstra canggih terpajang layaknya sebuah showroom istimewa. Mulai dari Hyundai sampai Bugatti, semuanya ada di sini.

“Damn, aku selalu menyukai tempat ini.” Chanyeol tersenyum lebar. Mereka berdua lalu menghampiri seorang mekanis yang sedang sibuk berkutat di bawah bodi sebuah Alfa Romeo.

“Yo, Jung Daehyun.” Joon mengetuk kap Alfa Romeo yang sedang diutak-atik oleh mekanis muda tersebut. Daehyun menggeser papan beroda yang menopang tubuhnya keluar dari badan bodi mobil.

“Oh, asisten direktur Joon.” Daehyun menyimpan kunci Inggris yang sedang digenggamnya ke lantai lalu bangkit berdiri untuk berbicara dengan atasannya. “Apa ada yang bisa kubantu?”

“Ya. Bawa Chanyeol ke mobil barunya.” Daehyun menatap Chanyeol dan tersenyum. Dia lalu mengisyaratkan drifter itu untuk berjalan mengikutinya.

“Okay. Jika kau ingin menangkap The Unbeatable Wind, kau butuh ini.” Daehyun menepuk atap sebuah Bugatti Veyron Super Sport berwarna hitam. “Mesinnya sudah kuganti, dari yang super menjadi ultra super. Mesin monster ini begitu luar biasa dan tentu saja, sangat liar. Kusarankan kau menjinakkan monster buas ini terlebih dahulu sebelum menungganginya.”

= = =

Chanyeol menginjak rem keras-keras. Bugatti-nya berhenti mendadak. Gila, monster ini benar-benar gila. Chanyeol yang sudah ahli dalam bidangnya pun kewalahan dibuatnya.

Kecepatannya sungguh menakjubkan, suspensinya mengagumkan. Sekelilingnya seperti sedang diam di tempat ketika Bugatti itu melaju. Karena dia sangat cepat, seperti angin.

“Jika kau ingin melawan angin, lawanlah dengan angin topan.” Chanyeol tersenyum tipis. Dia mengeratkan genggamannya pada stir kemudi dan menginjak gas sekali lagi.

Chanyeol tidak boleh kalah. Dialah harapan satu-satunya bagi FBI untuk membawa Jeon Ellie ke markas.

= = =

Saat yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Bugatti Veyron sudah terparkir di belakang garis start. Tinggal menunggu Nova hitam itu datang dan balapan pun dimulai.

Chanyeol melirik jamnya lagi, untuk keberapa kalinya hanya Tuhan yang tahu. Dia merasa tegang, tentu saja. Dia akan bertanding melawan idolanya, sang angin yang tak terkalahkan. Mampukah dia mengalahkannya? Chanyeol tak tahu.

Chanyeol melirik ke sebelah kirinya. Tatapannya bertabrakan dengan sebuah Leblanc Caroline berwarna hijau tosca. Dialah lawan Chanyeol malam ini. Lawan sesungguhnya akan muncul di tengah-tengah pertandingan.

Ready..set…GO!”

Chanyeol menginjak gas dan Bugatti-nya melaju membelah kegelapan malam. Leblanc itu tertinggal jauh di belakangnya. Tentu saja, Bugatti supernya ini telah dimodifikasi oleh Daehyun. Leblanc itu bukan apa-apa.

Chanyeol melirik ke spion tengah dan menelan ludahnya. Itu dia. The Unbeatable Wind sudah menempel di belakangnya, entah sejak kapan.

Dia menempel sedekat ini? Bagaimana mungkin..

Chanyeol berusaha keras untuk fokus ke jalanan. Ellie sengaja mengintimidasinya dari belakang, Chanyeol sudah hafal tekniknya.

Tunggu dulu. Hafal tiap tekniknya. Ya, tentu saja! Chanyeol memang sedikit berlebihan dalam mengidolakan Ellie, tapi dia bisa lihat sekarang bahwa kefanatikannya ini berguna.

Nova hitam itu menggunakan bahu jalan untuk menyusul, Chanyeol dengan gesit memblokirnya. Nova itu kembali berada di belakangnya setelah tadi nyaris saja menyalipnya. Chanyeol tidak boleh lengah. Dia sudah tahu teknik-teknik Ellie, dia juga tahu bagaimana mengantisipasinya.

Tikungan ke-7 terbilang tikungan yang cukup sulit. U-turn dengan posisi jalan menurun dan belokannya yang patah. Hanya ada sedikit ruang untuk melakukan drift.

Namun, sang profesional Chanyeol berhasil melakukan drift dengan sempurna di tikungan curam tersebut. Ellie masih di belakangnya, tertinggal cukup jauh. Tetapi, jangan senang dulu. Karena Chanyeol melihat sepasang lampu menyorot langsung ke arahnya. Tidak mungkin..

Nova hitam itu terbang di belakangnya. Chanyeol lagi-lagi sudah tahu teknik ini, maka dia langsung menambah kecepatan, tak memberi kesempatan bagi Ellie untuk terbang melewatinya. Benar saja, Nova itu mendarat tepat di belakangnya. Meleset sedikit, bemper depan Nova itu pasti sudah menabrak buntut Bugatti Veyron milik Chanyeol.

“Menggunakan sedikit jalanan yang tidak beraspal untuk melompat ke bawah. Aku pernah melihat teknikmu itu, Ellie.” Chanyeol menarik rem tangan dan melakukan drift ke arah kiri.

Tinggal tiga tikungan lagi dan dia pun menang.

Chanyeol tidak merasa tenang, dia malah merasa semakin takut. Ellie selalu menyerang di saat-saat terakhir, menggunakan teknik tak terduga. Chanyeol takut Ellie sudah menyiapkan teknik baru, atau mungkin teknik spontan. Siapa sangka? Gadis itu jenius.

Ternyata dugaan Chanyeol terbukti benar. Di tikungan terakhir, Nova hitam itu sengaja meluncur melalui batu besar yang terletak di pinggir jalan, mengakibatkan mobilnya melaju dengan miring di samping Bugatti Veyron itu. Chanyeol membelalakkan mata. Dari sudut matanya, dia bisa melihat atap mobil Nova itu berada di sampingnya.

“Dia gila..” bisik Chanyeol tanpa suara.

Nova itu lalu mendarat dengan sempurna, melaju sama cepat dengan Bugatti sang lawan. Garis finish tinggal belasan meter lagi. Kini yang menentukan adalah kecepatan mobil masing-masing. Sudah tidak ada teknik yang bisa digunakan di jalan lurus seperti ini.

Bugatti dan Nova masih terus melaju dengan bersisian. Chanyeol sendiri nyaris mempertanyakan kewarasannya. Apakah ini ilusi, hanya mimpi, atau Chanyeol sedang berada dalam koma selama ini? Entahlah, semuanya tampak tak masuk akal baginya.

Nova itu tiba-tiba melaju dengan sangat cepat, meninggalkan Bugatti menerima kekalahan.

The Unbeatable Wind kembali menang.

Chanyeol mengumpat sambil memukul stir kemudinya.

“Sialan! Dia menggunakan NOS di saat-saat terakhir! Sungguh jenius. Kukira dia sudah menggunakan NOS sejak pertengahan pertandingan.” Chanyeol mengusap keningnya.

Chanyeol mengikuti isyarat Nova hitam di depannya untuk menepikan mobilnya. Ellie melangkah keluar dari mobil dan bersandar dengan santai. Chanyeol keluar dari mobilnya dan menatap Ellie dengan tatapan takjub.

Wh..what happened was just really awesome. You got me.” Chanyeol menggelengkan kepala.

You lose.”

“I know.”

“But, nice try anyway. Maybe I should give it a try also.”

“Try what?” Chanyeol mengerutkan kening.

“FBI.” Ellie menyodorkan tangannya. “Hurry, gimme your name card before I change my mind.”

Mendengarnya, Chanyeol segera mengambil kartu namanya dan memberikannya pada Ellie. Gadis itu menerimanya dan kembali masuk ke mobilnya, memacunya dengan kecepatan tinggi membelah cakrawala.

= = =

Pagi itu, tim investigasi The Black Ribbon sedang memakan sarapan bersama di markas FBI ketika tiba-tiba pintu terbuka menampilkan sosok yang ditunggu-tunggu. Gadis beramput pirang, mata kiri tertutup kain ala bajak laut, jaket kulit, tank top hitam, skinny jeans dengan robekan di sana sini, dan sepatu high top berwarna hitam dengan ornamen emas.

“Jeon Ellie. Welcome to FBI.”

To be continued

A/N: Okay guys sorry for the late update /sobs/ internet lagi agak kurang bersahabat akhir-akhir ini. But yeah, hope you enjoy and leave comments  /winkeu/

10 thoughts on “[FF] The Black Ribbon: The Unbeatable Wind #3

  1. aminocte says:

    Kok keren gitu sih, balapannya? Berasa jadi penontonnya. Sayang Chanyeol kalah, tapi lawannya emang gila, sih, jadi nggak akan bisa dikalahkan dengan mudah.
    Lanjutannya bakal seru nih 🙂

  2. vidiaf says:

    pas balapannya keren banget ;~~~~~~;
    suka banget part ini akkkk XD
    gatau kenapa suka sama karakter chanyeol di sini wkwkwk
    ditunggu lanjutannya sunbaenim~ XD

  3. dorky Mint says:

    Yeeeeee usaha FBI merekrut Ellie berhasil! Untung Chanyeol ga pingsan duluan pas ketemu idolanya XD Pengen punya mobil rancangan Daehyun deh ;_;

    Sayangnya ucapan Yoonmin agak ‘keras’ ya ke Joon (sebelum Chanyeol vs Ellie). Rasanya ceritamu tetap menarik, seperti biasa 🙂 Ditunggu lanjutannya.

    Semangat buat persiapan UN dan menulis! Kami selalu mendukungmu 🙂

  4. asiyahn357 says:

    Baru baca ini sekarang –” yah kak kapan lanjut kapan lanjut? FF ini inspirasi aku bikin story di rp loh kak =.= Cepet lanjut aku menantiiiii *-*

Leave a comment